TAHUN BARU HIJRIYAH DAN TAHUN BARU MASEHI, ANTARA KESUCIAN DAN PROPAGANDA
TAHUN BARU HIJRIYAH VS
TAHUN BARU MASEHI,
ANTARA KESUCIAN DAN
PROPAGANDA
Oleh: Moh. Hafidurrahman
Setiap pergantian kalender
Hijriyah ummat Islam selalu merayakan tahun baru untuk mengenang memori
keemasan sejarahnya. Dan setiap pergantian kalender masehi pula ummat Nasrani
merayakan Tahun barunya, entah untuk mengenang diangkatnya Isa Al-Masih atau
mengenang disalibnya Yudas Askariot yang dianggapnya sebagai Yesus (Isa) yang
menebus dosa ummatnya. Pertanyaan mendasar yang penulis perlu sampaikan untuk
kemudian menjadi feedback dan flashback pada sejarah untuk kita renungkan, kenapa
tahun baru Islam dimulai dari masa Hijrahnya Rasul, bukan dimulai dari hari
kelahirannya, atau hari wafatnya? Dan kenapa pula tahun Masehi dimulai hari
diangkatnya Nabi Isa Al-Masih? Bukan dari lahirnya? Pertanyaan dasar ini yang
akan penulis kupas sekelumit untuk mengintip kebenaran yang terjadi dalam Tahun
baru Hijriyah dan propaganda yang terjadi dalam perayaan tahun baru Masehi.
Penentuan kalender Hijriyah
adalah hasil kemufakatan forum sahabat yang diusulkan oleh Sayyidina Umar AS.
Melihat bahwa Hijrahnya Nabi adalah momentum permulaan fajar Islam mulai
menyingsing dimana Rasulullah SAW bersama para sabiqulan awwalun hijroh dari
Kota Makkah ke Kota Madinah untuk membentuk peradaban baru. Itulah tonggak
sejarah Islam , Ummat Islam dicanangkan ke seluruh dunia. Sehingga pantaslah
jika saja para Sahabat menyetujui usulan Umar tersebut.
Puncak kegemilangan sejarah
Islam lewat momen hijriyah patut dibilang sebagai sebuah revolusi tanpa
kekerasan yang pertama kali dalam sejarah. Dalam waktu yang cukup singkat
Muhammad mampu mengubah wajah Kota Madinah dari pola masyarakat yang
diskriminatif, primordialis-fanatis dan eksklusif menjadi masyarakat yang
terbuka, egaliter, dan penuh dengan nilai-nilai persaudaraan (brotherhood).
Kota Madinah yang awalnya selalu diselimuti oleh pertentangan antarsuku yang
dimotori oleh suku Khozroj dan suku Aus kemudian menjadi komunitas yang
dipenuhi oleh semangat kolektif dan rasa solidaritas yang tinggi untuk
membentuk peradaban baru (new culture).
Oleh karena itu semangat dan
makna Hijriyah ini akan menjadi kekuatan yang merevitalisasi dan mampu
mendorong semangat umat Islam, Karena kejadian inilah yang disebut oleh, Dr.
Muhaimin sebagai starting point keemasan Islam. Tentunya semangat hijrah
diharapkan mampu menjadi semangat baru bagi umat Islam dalam memulai sejarahnya
pada detik ini dan pada masa selanjutnya. Karenanya, makna hijriyah harus
terinternalisasi dalam diri kita dan diolah menjadi sikap yang luhur dan
dinamis dalam menata masa depan yang lebih baik. Dan tidak membesar-besarkan
penggunaan kalendar masehi dibandingkan kalender Hijriyah dalam kehidupan
sehari-hari. Budaya ini menyebabkan umat Islam sendiri tidak ingat bulan-bulan
dalam Islam kecuali Ramadhan, Syawal dan Zulhijjah saja.
Lain halnya dengan Masehi, nama lain dari
Isa Almasih dalam keyakinan Nasrani. Menurut catatan di Encarta Reference
Library Premium 2005, orang pertama yang membuat penanggalan kalender
adalah seorang kaisar Romawi yang terkenal bernama Gaisus Julius Caesar. Itu
dibuat pada tahun 45 SM yang menggunakan standar tahun yang dihitung mundur
dari kelahiran Yesus Kristus. Tapi pada perkembangannya, ada seorang pendeta
Nasrani yang bernama Dionisius yang kemudian memanfaatkan penemuan kalender
dari Julius Caesar ini untuk diadopsi sebagai penanggalan yang didasarkan pada
tahun kelahiran Yesus Kristus. Itu sebabnya, penanggalan tahun setelah
kelahiran Yesus Kristus diberi tanda AD (bahasa Latin: Anno Domini
yang berarti: in the year of our lord) alias Masehi. Sementara untuk
jaman prasejarahnya disematkan BC (Before Christ) alias SM (Sebelum Masehi)
Kemudian Pope Gregory III memoles kalender
yang sebelumnya dengan beberapa modifikasi dan kemudian mengukuhkannya sebagai
sistem penanggalan yang harus digunakan oleh seluruh bangsa Eropa, bahkan kini
di seluruh negara di dunia dan berlaku umum bagi siapa saja. Kalender Gregorian
yang kita kenal sebagai kalender masehi dibuat berdasarkan kelahiran Yesus
Kristus dalam keyakinan Nasrani. “The Gregorian calendar is also called the
Christian calendar because it uses the birth of Jesus Christ as a starting
date.”, demikian keterangan dalam Encarta.
Kalau memang bahwa tahun masehi didasarkan
pada hari kelahiran Isa Almasih, lalu kenapa hari kelahiran Isa malah dirayakan
pada hari Natal 25 Desember? Mana yang benar apakah dari kelahiran Isa Al-Masih
atau wafatnya (disalib:menurut Nasarani). Para Pemimpin Nasrani setelahnya
merayakannya dengan alasan dan tujuan yang berbeda. bukankah ini sebuah kontradiksi.
Inilah yang penulis mau ungkapkan bahwa perayaan tahun baru Masehi adalah perayaan
untuk menghormati Dewa Janus (Dewa yang digambarkan bermuka dua-ini bukan
munafik maksudnya, tapi merupakan Dewa pintu dan semua permulaan pada kerajaan romawi.
Yang kemudian dialihkan untuk dirayakan atas nama Kelahiran Isa Al-Masih Agar
bias diikuti oleh ummat Nasrani. Ini sebuah propaganda besar.
Kita sebagai orang Islam marilah
insaf bahwa jika kita ingin mengembalikan ruh hijrah sebagaimana yang dilakukan
oleh Rasulullah SAW. dan para sahabat sehingga Islam mampu merajai dunia maka
kita harus kembali kepada Islam dalam secara ”kaffah” atau totalitas dalam
semua aspek kehidupan, tidak ikut-ikutan tahun baru Hijriyah itu. Sebagaimana
kita ketahui bersama hijrah Nabi Muhammad SAW. dari Mekah ke Madinah telah
membawa perubahan besar terhadap peradaban umat manusia, perubahan dari zaman
jahiliah menuju peradaban madaniah di bawah naungan cahaya Ilahi dengan kata
lain Rasulullah SAW. melakukan perubahan yang paling fundamental dalam
kehidupan, dari kehidupan yang tidak memiliki peradaban ke arah kehidupan yang
penuh rahmat ampunan dan kasih sayang. Inilah sebuah kesucian, sucikan hati,
sucikan fikiran, sucikan jiwa dengan semangat Hijriyah.
Terakhir jika ada kesalahan,
saran dan kritik buat penulis silahkan kunjungi website ini http://hafidzbbec.blogspot.com